Sabtu, 10 Juni 2017

UJIAN AKHIR SEMESTER MK PENGELOLAAN PENDIDIKAN


SOAL DAN JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER
 “PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DAN PESERTA DIDIK ”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah PENGELOLAAN PENDIDIKAN
 dengan dosen pengampu Dr. M. Hosnan, Dipl. Ed., M.Pd.




Disusun oleh:
Robbiathul Adawiyah
 (2227150073)
Kelas:
4B/PGSD


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
Soal dan jawaban Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
1.    Jelaskan dan uraikan tentang manajemen sekolah efektif beserta ciri-cirinya!
2.    Jelaskan pandangan wilford A. Weber dan James cooper tentang manajemen kelas  yang baik!
3.    Uraikan dan jelaskan manajemen pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam belajar dalam abad 21!
4.    Jelaskan dan uraikan indikator keberhasilan menciptakan pengelolaan iklim sekolah yang kondusif!
5.    Uraikan hal-hal yang harus dipelajari guru dalam memasuki abad 21 berkaitan dengan inventive thinking dan digital age literacy!
Jawaban
1.    MANAJEMEN SEKOLAH EFEKTIF BESERTA CIRI-CIRINYA
PENGERTIAN SEKOLAH EFEKTIF
Dalam membangun pendidikan, selain memakai pendekatan makro juga perlu memperhatikan pendekatan mikro yaitu dengan memberi fokus secara lebih luas pada institusi sekolah yang berkenaan dengan kondisi keseluruhan sekolah seperti iklim sekolah dan individu-individu yang terlibat di sekolah baik guru, siswa, dan kepala sekolah serta peranannya masing-masing dan hubungan yang terjadi satu sama lain (Koster, 2005).
Sementara itu, Brookover (1979) mengungkapkan bahwa input sekolah memang penting tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana mendayagunakan input tersebut yang terkait dengan individu-individu di sekolah. Pemahaman terhadap institusi sekolah secara menyeluruh sangat penting karena basis utama pendidikan adalah sekolah. Pentingnya pemahaman terhadap keefektifan sekolah tidak saja dalam kaitan dengan meningkatkan mutu pendidikan tetapi juga sejalan dengan kebijakan nasional yaitu desentralisasi pendidikan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
Berkenaan dengan desentralisasi pendidikan tersebut, di bidang pendidikan dasar, Depdiknas telah menyiapkan konsep otonomi sekolah yaitu manajemen berbasis sekolah. Dengan konsep ini, pemerintah tidak hanya berharap pada meningkatnya mutu pendidikan melainkan juga tercapainya pemerataan, relevansi, dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Dengan adanya otonomi sekolah, diharapkan sekolah dapat lebih leluasa mengelola sumber daya pendidikan dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta sekolah dapat lebih tanggap terhadap kebutuhan masyarakat setempat dan mampu melibatkan masyarakat dalam membantu dan mengontrol pengelolaan pendidikan pada tingkat sekolah.
Sekolah merupakan suatu institusi yang didalamnya terdapat komponen guru, siswa, dan staf administrasi yang masing-masing mempunyai tugas tertentu dalam melancarkan program. Sebagai institusi pendidikan formal, sekolah dituntut menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan akademis tertentu, keterampilan, sikap dan mental, serta kepribadian lainnya sehingga mereka dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja pada lapangan pekerjaan yang membutuhkan keahlian dan keterampilannya. Keberhasilan sekolah merupakan ukuran bersifat mikro yang didasarkan pada tujuan dan sasaran pendidikan pada tingkat sekolah sejalan dengan tujuan pendidikan nasional serta sejauhmana tujuan itu dapat dicapai pada periode tertentu sesuai dengan lamanya pendidikan yang berlangsung di sekolah. Berdasarkan sudut pandang keberhasilan sekolah tersebut, kemudian dikenal sekolah efektif dan sekolah tidak efektif yang mengacu pada sejauh mana sekolah dapat mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yag telah ditetapkan.
Dengan kata lain, sekolah disebut efektif jika sekolah tersebut dapat mencapai apa yang telah direncanakan. Pengertian umum sekolah efektif juga berkaitan dengan perumusan apa yang harus dikerjakan dengan apa yang telah dicapai. Suatu sekolah akan disebut efektif jika terdapat hubungan yang kuat antara apa yang telah dirumuskan untuk dikerjakan dengan hasil-hasil yang dicapai oleh sekolah, sebaliknya sekolah dikatakan tidak efektif bila hubungan tersebut rendah (Getzel, 1969).
CIRI-CIRI SEKOLAH EFEKTIF
Ada beberapa ahli yang berhasil mengidentifikasi ciri-ciri sekolah efektif, beberapa di antaranya adalah Squires, et.al, dan Scheerens. David A. Squires, et.al. (1983) berhasil merumuskan ciri-ciri sekolah efektif yaitu: (1) adanya standar disiplin yang berlaku bagi kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan di sekolah; (2) memiliki suatu keteraturan dalam rutinitas kegiatan di kelas; (3) mempunyai standar prestasi sekolah yang sangat tinggi; (4) siswa diharapkan mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan; (5) siswa diharapkan lulus dengan menguasai pengetahuan akademik; (6) adanya penghargaan bagi siswa yang berprestasi; (7) siswa berpendapat kerja keras lebih penting dari pada faktor keberuntungan dalam meraih prestasi; (8) para siswa diharapkan mempunyai tanggungjawab yang diakui secara umum; dan (9) kepala sekolah mempunyai program inservice, pengawasan, supervisi, serta menyediakan waktu untuk membuat rencana bersama-sama dengan para guru dan memungkinkan adanya umpan balik demi keberhasilan prestasi akademiknya.
Sementara itu, Jaap Scheerens (1992) menyatakan bahwa sekolah yang efektif mempunyai lima ciri penting yaitu; (1) kepemimpinan yang kuat; (2) penekanan pada pencapaian kemampuan dasar; (3) adanya lingkungan yang nyaman; (4) harapan yang tinggi pada prestasi siswa; (5) dan penilaian secara rutin mengenai program yang dibuat siswa. Mackenzie (1983) mengidentifikasikan tiga dimensi pendidikan efektif yaitu kepemimpinan, keefektifan dan efisiensi serta unsur pokok dan penunjang masingmasing dimensi tersebut. Sementara Edmons (1979) menyebutkan bahwa ada lima karakteristik sekolah efektif yaitu : (1) kepemimpinan dan perhatian kepala sekolah terhadap kualitas pengajaran, (2) pemahaman yang mendalam terhadap pengajaran, (3) iklim yang nyaman dan tertib bagi berlangsungnya pengajaran dan pembelajaran, (4) harapan bahwa semua siswa minimal akan menguasai ilmu pengetahuan tertentu, dan (5) penilaian siswa yang didasarkan pada hasil pengukuran hasil belajar siswa.
Pengetahuan lain mengenai sekolah efektif adalah sebagai berikut : (1) mampu mendemontrasikan kebolehannya mengenai seperangkat kriteria ; (2) menetapkan sasaran yang jelas dan upaya untuk mencapainya; (3) adanya kepemimpinan yang kuat; (4) adanya hubungan yang baik antara sekolah dengan orangtua siswa; dan (5) pengembangan staf dan iklim sekolah yang kondusif untuk belajar (Townsend, 1994). Metode lain yang dipakai untuk mengidentifikasikan sekolah yang efektif adalah : penggunaan standar tes, pendekatan reputasi, dan penggunaan evaluasi sekolah serta pengembangan berbagai aktifitas.
Kriteria atau karateristik manajemen sekolah yang efektif meliputi 5 hal yaitu:
·      Kepemimpinan dan perhatian kepala sekolah terhadap kualitas pengajaran
·      Pemahaman yang mendalam terhadap pengajaran
·      Suasana yang nyaman dan tertib bagi berlangsungnya pengajaran dan pembelajaran
·      Harapan bahwa semua siswa minimal menguasai ilmu pengetahuan tertentu
·      Penilian siswa yang didasarkan pada hasil pengukuran hasil belajar siswa.
Peran kepala sekolah sangat besar karena harus dapat mengembangkan program pendidikan disekolah. Pelatihan maupun ketrampilan tekhnik tertentu merupakan kunci terlaksananya suatu penerapan karena akan membentuk lingkungan kerja yang sesuai dengan tujuan program. Kepemimpinan dan kerja tim saling melengkapi dalam pelaksanaan suatu kegiatan pendidikan di sekolah. Kehilangan faktor komunikasi antar bagian dan pelaksanaan dapat menjadi beban atau kendala dari pelaksanaan kegiatan.
Stategi ini berbeda dengan konsep mengenai pengelolaan sekolah yang selama ini kita kenal. Dalam sistem lama birokrasi pusat sangat mendominasi proses pengambilan atau pembuatan keputusan pendidikan yang bukan hanya kebijakan yang bersifat makro saja, tetapi lebih jauh kedalam hal-hal yang bersifat mikro. Sekolah cenderung hanya melaksanakan kebijakan-kebijakan tersebut yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, lingkungan sekitar dan harapan orang tua. Pengalaman merupakan bahwa sistem lama sering menimbulkan kontradiksi antara apa yang menjadi kebutuhan sekolah dengan kebijakan yang harus dilaksanakan didalam proses meningkatkan mutu pendidikan.
2.    Wilford A. Weber (James M. Cooper, 1995 : 230) mengemukakan bahwa Classroom management is a complex set of behaviors the teacher uses to establish and maintain classroom conditions that will enable students to achieve their instructional objectives efficiently – that will enable them to learn.
Pengertian di atas menekankan bahwa manajemen kelas lebih mengarah pada seperangkat perilaku yang kompleks dimana guru menggunakan untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efesien.
Lebih  lanjut  Wilford  mengemukakan  mengenai  pandangan-pandangan  yang bersifat filosofis dan operasional dalam pengelolaan kelas : 
1.    pendekatan otoriter : siswa perlu diawasi dan diatur;
2.    pendekatan intimidasi : mengawasi siswa dan menertibkan siswa dengan cara intimidasi;
3.    pendekatan permisif : memberikan kebebasan kepada siswa, apa yang ingin dilakukan siswa, guru hanya memantau apa yang dilakukan siswa;
4.    pendekatan resep masakan : mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan, apa yang boleh dan apa yang tidak; 
5.    pendekatan pengajaran : guru menyusun rencana pengajaran dengan tepat untuk menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak diharapkan;
6.    pendekatan modifikasi perilaku : mengupayakan perubahan perilaku yang positif pada siswa; 
7.    pendekatan iklim sosio-emosional : menjalin hubungan yang positif antara guru-siswa ; 
8.    pendekatan sistem proses kelompok/dinamika kelompok :  meningkatkan dan  memelihara  kelompok  kelas  yang  efektif  dan  produktif.  Dari  kedelapan pendekatan  tersebut  yang  akan  mengoptimalisasikan  pengelolaan  kelas  adalah pendekatan modifikasi perilaku, iklim sosio-emosional, dan sistem proses kelompok/ dinamika kelompok.

Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal  antara guru-siswa secara timbal balik dan efektif, selain melakukan perencanaan/persiapan mengajar.
Keberhasilan pengelolaan kelas bergantung pada motivasi guru, artinya guru yang memiliki motivasi yang tinggi akan dapat mengelola kelas dengan baik dan tepat. Mengelola kelas itu sendiri bukanlah tujuan utama dari setiap guru, akan tetapi  apabila  guru  dapat  mengelola  kelas  dengan  baik,  maka  kegiatan  belajar mengajar-nya  akan  berjalan  baik  dan  siswa-siswa-nya  akan  berprestasi  tinggi. Mengelola kelas merupakan sarana/alat untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan belajar mengajar. Tujuan guru pada dasarnya adalah bagaimana guru dapat mentransfer materi pelajaran dengan baik, sehingga siswa dapat mengerti dan menerima materi pelajaran yang diajarkan.
Disadari atau tidak, motivasi kerja guru akan mempengaruhi perilaku guru dalam melakukan tugas pekerjaannya. Guru yang pertama-tama memikirkan mengenai penghasilan/gaji akan memandang pekerjaannya sebagai sarana untuk mendapatkan uang, dan sekolah merupakan organisasi yang menjamin kesejahteraan guru. Guru akan  cenderung  agar  sekolah  menerima  siswa  baru  dengan  memperhatikan kemampuan ekonomi siswa/orang tua siswa. Guru akan berupaya untuk memberikan pelajaran tambahan sebanyak mungkin pada siswa agar mendapatkan tambahan honor sebagaimana diharapkan. Guru juga akan mengajar di banyak sekolah agar mendapat penghasilan tambahan. Akibat perilaku guru seperti itu, guru tidak akan sempat  mempersiapkan  pelajarannya  dengan  baik  atau  memeriksa  tugas  siswa satu per satu; guru hanya akan mengajar dengan metode mengajar yang mudah dilakukan baginya tanpa memperhatikan apakah siswa-siswanya dapat mengerti materi pelajaran yang diajarkannya.
Sebaliknya  guru  yang  menaruh  perhatian  pada  perkembangan  siswa,  akan berupaya menyumbangkan segala kemampuannya untuk kepentingan siswa. Guru berupaya membantu siswa yang mempunyai kemapuan belajar yang rendah. Guru akan menggunakan berbagai metoda mengajar agar siswa dapat mengerti materi pelajaran yang diajarkannya. Guru tersebut akan mempunyai kreativitas yang tinggi; mau mengorbankan waktunya agar siswa bisa berprestasi. Guru akan merasa puas apabila siswa berhasil dengan baik.
Kedua perilaku guru yang digambarkan di atas tidak terlepas dari motivasi yang dimiliki guru. Guru yang satu mempunyai motivasi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan guru yang lain mempunyai motivasi yang tinggi, bukan untuk kepentingan diri guru itu sendiri, melainkan untuk kepentingan siswa, untuk kepentingan proses belajar mengajar yang dilakukannya agar siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkannya, dapat mengembangkan potensi dirinya, dapat mempunyai wawasan yang luas dan berprestasi tinggi.
Guru yang memiliki motivasi yang tinggi dan tidak hanya untuk kepentingan dirinya,  akan  dapat  melakukan  pengelolaan  kelas  dengan  tepat.  Guru  tersebut akan  menaruh  perhatian  bagi  siswa  dan  kelasnya.  Guru  akan  melakukan  yang terbaik  bagi  siswa.  Dalam  mentransfer  materi  pelajaran  pada  siswa,  guru  akan mempelajari dan mengatur kelas sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk melaksanakan  proses  belajar  mengajar  dengan  baik.  Guru  akan  mencermati kemampuan  para  siswa  satu  per  satu,  sehingga  guru  mengetahui  kemampuan siswa  pada  tingkatan  rendah,  sedang  atau  tinggi.  Dengan  demikian  guru  akan menentukan siswa-siswa yang mana, yang perlu mendapat bimbingan yang banyak; guru dapat menentukan metoda mengajar atau media pembelajaran yang harus digunakan.  Guru  akan  menentukan  berapa  banyak  tugas  yang  perlu  diberikan. Hubungan yang bagaimana yang perlu dilakukan guru dengan siswa, agar kesulitan belajar siswa dapat teratasi; motivasi belajar siswa terus meningkat.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru ada hubungan dengan efektivitas pengelolaan kelas. Makin tinggi motivasi kerja guru, makin tinggi efektivitas pengelolaan kelas yang dapat dicapai. Demikian pula motivasi kerja guru ada hubungannya dengan gaya kepemimpinan guru dalam arti guru yang memiliki motivasi  kerja  tinggi,  akan  berupaya  untuk  melakukan  berbagai  strategi  untuk keberhasilan  PBM-nya  termasuk  untuk  menggunakan  gaya  kepemimpinan  yang
tepat.
Gaya kepemimpinan yang perlu dimiliki guru adalah gaya kepemimpinan situasional, artinya seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan suatu gaya kepemimpinan sesuai dengan kebutuhan kelas dalam melaksanakan PBM.
Gaya kepemimpinan ini akan menentukan efektivitas dan efisiensi kepemimpinan seseorang. Pengelolaan kelas yang berhasil dengan baik akan ditentukan pula oleh kepemimpinan  dan  gaya  kepemimpinan  guru  yang  mengelola  kelas  tersebut. Kepemimpinan dan gaya kepemimpinan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan.
Selain faktor motivasi kerja guru, faktor lain yang ada pada pribadi guru dan ikut  menentukan  efektivitas  pengelolaan  kelas  yaitu  gaya  kepemimpinan  guru. Gaya kepemimpinan adalah bagian dari kepemimpinan seorang guru yang disadari atau tidak, dimiliki oleh guru tersebut. Gaya memimpin kelas   memberikan bobot tersendiri bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dalam mentransfer materi pelajaran pada siswa.
3.    MANAJEMEN PEMBELAJARAN YANG DAPAT MEMOTIVASI SISWA DALAM BELAJAR DALAM ABAD 21
Proses belajar mengajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Maka motivasi intrinsik sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun sesorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Guru memegang posisi penting dalam memberikan dorongan dan harapan, seseorang dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga mau belajar, sebab keterlibatan anak secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan agar belajar menjadi efektif dan dapat mencapai hasil yang dinginkan. Seorang guru hendaknya menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar untuk belajar dengan sungguh- sungguh.
Menumbuhkan motivasi belajar siswa di dalam kelas ada berapa cara diantaranya adalah melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakaan pengulangan informasi, memberi stimulus baru misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya, mengguankan media dan alat bantu yang menarik perhatian peserta didik, seperti gambar, foto, diagram, dan sebagainya.31 Pengembangan variasi mengajar tentu saja tidak sembarangan, tetapi ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar mengajar, memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, memberikan sikap positif terhadap guru dan sekolah, memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual, dan mendorong anak didik untuk belajar.
Berdasarkan uraian diatas kemampuan guru dalam mengelola kelas sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Tanpa kemampuan pengelolaan kelas yang efektif, segala kemampuan guru yang lain dapat menjadi netral dalam arti kurang memberikan pengaruh atau dampak positif terhadap pembelajaran siswa. Sehingga dengan adanya pengelolaan kelas yang efektif yang dilakukan oleh guru diharapkan akan muncul motivasi yang kuat pada diri peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.

4.    INDIKATOR PENGELOLAAN KELAS YANG BERHASIL
Ada beberapa indikator yang bisa digunakan sebagai tolak ukur bahwa pengelolaan kelas dapat dikatakan berhasil adalah sebagai berikut :
1.    Guru mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas
2.    Sebagai guru jika anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.
3.    Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi contohnya cara masuk kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan dan lain-lain ) dan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis misalnya tata cara masuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur kelas bukan peraturan kelas.
4.    Guru melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.
5.    Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi.(stiker, penghilangan hak siswa dan lain-lain)
6.    Guru mengerti bahwa perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan disiplin bisa dipelajari
Dalam prosesnya ada juga guru yang belum pandai dalam mengelola kelas, sehingga tujuan pembelajarannya tidak bisa tercapai. Disini akan dijelaskan hal-hal yang membedakan antara guru yang berhasil dengan yang tidak :
1.    Guru yang kurang berhasil menghabiskan hari-hari pertama di tahun ajaran dengan langsung mengajarkan subyek mata pelajaran kemudian sibuk mendisiplinkan siswa selama setahun penuh.
2.    Guru yang efektif menghabiskan dua minggu pertama ditahun ajaran dengan meneguhkan prosedur



5.      HAL-HAL YANG HARUS DIPELAJARI GURU DALAM MEMASUKI ABAD 21 BERKAITAN DENGAN INVENTIVE THINKING DAN DIGITAL AGE LITERACY.
Berpikir kreatif ( Creative Thinking ) adalah suatu proses berpikir yang mampu memecahkan masalah dengan cara yang orisinil dan berguna. Untuk mempelajari creative thinking, elemen input perlu difahami, di persiapkan dan dibiasakan untuk memperkuat pemahaman elemen proses, seperti wawasan pemahaman dan pengertian tentang berfikir, kreatif, inovasi, ingatan(memori), kecerdasan(intelegensi), emosi, motivasi, impian, sukses, dan disiplin.
1.    BERFIKIR
Manusia mempunyai waruga yang terdiri atas elemen akertaji, yaitu jiwa (roh, nurani) dan elemen kertaji yaitu badan (raga sekujur tubuh, termasuk panca indera). Arti kata berfikir Berfikir adalah upaya seseorang yang mempunyai, memiliki, atau menemukan bahan berfikir untuk diolah dan kemudian dicarikani solusi terbaiknya. Ruang Lingkup dan Sasaran berfikir Ruang lingkup berfikir sangat beragam, misanya berfikir positif, berfikir negative, berfikir abstrak, dll. Sasaran berfikir bisa tertuju pada tatanan ide, kebijakan, strategi, taktik, dan tindakan.
a. Berfikir positif
Berpikir positif adalah cara berpikir secara logis yang memandang sesuatu dari segi positifnya baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun keadaan lingkungannya. Berfikir positif mengajak anda membuka mata hati menjadi orang yang tabah, berprasangka baik, dan mempunyai keimanan. Berfikir positif juga menghindari atau mencegah dampak buruk.
b. Berfikir Konvergen
Berfikir Konvergen adalah berfikir rasional, berfikiran tajam, memberdayakan data yang terekam dalam otak kiri, dan menyimpulkan hasil berfikir.
c. Berfikir Divergen
Berfikir Divergen adalah berfikir kreatif, bawah sadar, tidak rasional, dan memandang persoalan dari berbagai sudut pandang.
d. Berfikir Kognitif
Berfikir Kognitif adalah berfikir yang memerlukan konsentrasi berfikir dan kemahiran.
e. Berfikir Kritis
Berfikir Kritis adalah analitis, berbasis dalil, misalnya untuk mendeskripsikan kesalahan dan keraguan seputar akar persoalan.
f. Berfikir Abstrak
Berfikir Abstrak adalah upaya seseorang atau lebih yang memiliki bahan berfikir, tentang persoalan akertaji, tidak berwujud, dan berlawanan dengan berfikir kongkrit.
g. Berfikir Kreatif
berfikir kreatif (creative thinking), terdiri atas dua kata yaitu berfikir dan kreatif. Berfikir kretiatif adalah aktifitas orang mencari solusi terbaik atas keinginan sendiri, yang menuntun pemikiran untuk meraih hasil original atau temuan yang baru dan belum ada.
h. Berfikir ilmiah.
Berfikir ilmiah adalah berfikir berdasarkan metode ilmiah untuk menghasilkan produk ilmiah. Misalnya karya tulis ilmiah berupa skripsi, tesis, dan disertsi.
Ruang lingkup kedalaman berfikir
1. Tataran berfikir rasional.
Berfikir rasional adalah berfikir sadar filosof berdasarkan kekuatan pengamatan yang dapat ditangkap panca indera.
2. Tataran Berfikir Suprarasional
Berfikir Suprarasional ialah pemikiran akal yang kebenarannya hanya mengandalkan argumen, tidak diukur dengan hukum alam. Bila argumennya masuk akal maka ia benar, sekalipun melawan hukum alam karena diukur dari logika yang ada di dalam susunan argumennya. Paradigma berfikir
Paradigma berfikir bersumber dari inside-in (diri sendiri) dan outside-in (dari luar). Paradigma berfikir dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan, dan ilmu.
Hasil berfikir
Hasil berfikir adalah produk berfikir yang mampu mempengaruhi kerangka berfikir, sehingga membuat pikiran terfokus pada persoalan khusus. Hasil berfikir menjadi sumber akal, yang digunakan untuk menyikapi peristiwa yang difikirkan dan persoalan yang dihadapi, yaitu bagaimana mencari solusi terbaik terhadap peristiwa yang menyenangkan atau menyusahkan.
2.    KREATIF
Kreatif adalah sebutan kepada orang yang memiliki daya cipta dan kemampuan untuk menciptakan temuan baru.
Prinsip-prinsip Kreatif. Kreativitas, dan Teknik Berpikir.
Orang kreatif adalah:
1. sadar kreatif.
2. bersedia untuk mengambil risiko dan gagal.
3. menyadari tekanan kesesuaian dan tidak takut untuk berbeda.
4. melihat sesuatu dari titik pandang yang berbeda.
5. tidak ambil ide pertama yang datang
6. bermain dengan ide-ide dan bertindak seperti anak kecil dan memikirkan kemungkinan liar.
Kreativitas tidak misterius, itu adalah modifikasi dari ide-ide lama atau combo baru lama, dengan cara berpikir dan cara hidup, bukan hanya bagi para seniman, penemu, atau ilmuwan. Teknik “6 Thinking Hats” yang diciptakan oleh EDWARD de BONO.
‘Six Thinking Hats’ adalah salah satu teknik pengambilan keputusan yang penting dan powerful. Hal ini digunakan untuk melihat keputusan dari sejumlah perspektif penting. Teknik ini memaksa Anda untuk bergerak di luar kebiasaan gaya berpikir Anda dan membantu Anda untuk mendapatkan tampilan yang lebih bulat dari sebuah situasi.
Setiap ‘Thinking Hats’ memiliki gaya berpikir yang berbeda. Dengan penjelasan sebagai berikut :
White Hat: Topi ini berfokus pada data yang tersedia. Lihat informasi yang Anda miliki dan lihat apa yang dapat Anda pelajari. Gunakan untuk menganalisa tren masa lalu dan mencoba untuk ekstrapolasi dari data historis tersebut untuk menjadi jalan tengah.
Red Hat: Topi merah, berarti Anda melihat masalah dengan menggunakan intuisi dan emosi. Juga mencoba untuk berpikir bagaimana orang lain akan bereaksi secara emosional. Cobalah untuk memahami tanggapan dari orang-orang yang sepenuhnya tidak tahu alasan Anda.
Black Hat: Menggunakan pemikiran topi hitam, bahwa melihat semua poin yang buruk (yang akan timbul) dari suatu keputusan. Melihat secara berhati-hati dan defensif. Hal ini penting karena menyoroti titik lemah dalam suatu rencana, sehingga memungkinkan Anda untuk meminimalisir efek negatif dari rencana atau mempersiapkan rencana alternatif.
Yellow Hat: Topi kuning membantu Anda untuk berpikir positif. Ini adalah sudut pandang optimis yang membantu Anda untuk melihat semua manfaat dari keputusan dan nilai di dalamnya. Dengan Topi Kuning membantu Anda untuk terus berjalan ketika semuanya tampak suram dan sulit.
Green Hat: Topi hijau merupakan lambang kreativitas, di mana Anda dapat mengembangkan kreatif untuk suatu permasalahan. Ini adalah cara berpikir bebas, di mana akan ada sedikit kritik atas ide yang dikemukakan.
Blue Hat: Topi biru digunakan untuk pengendalian proses. Topi ini dipakai oleh orang-orang yang memimpin pertemuan. Ketika berjalan ke dalam kesulitan karena ide-ide yang berjalan kering, mereka dapat mengarahkan kegiatan ke dalam pemikiran Green Hat, dan ketika rencana darurat yang diperlukan, mereka akan meminta Black Hat untuk berpikir.
3.    INOVASI
Inovasi adalah pembaruan atau perubahan. Menginovasi adalah memperkenalkan hal baru. Inovator adalah orang yang membuat perubahan.
Produk inovatif yaitu output yang berupa macam-macam produk berdaya guna yang diperlukan manusia di darat, laut, udara, dan di ruang angkasa, mulai dari peralatan sederhana sampai peralatan perang yang canggih.
4.    INGATAN
Ingatan(memori) adalah proses mental didalam otak yang mencakup pengodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali ingatan tersebut.
a. Input ingatan, adalah proses pembelajaran yang memasukan sinyal sensoris (data input) dari luar tubuh dan mencamkan data masukan, seperti pengalaman, pengetahuan, ilmu yang diperoleh dari masa lalu, termasuk masukan yang muncul dari diri sendiri.
Dalam bahasa teknologi informatika, yang dimaksud input disini adalah masukan sinyal sensoris yang diterima lewat panca indera.
b. Proses ingatan, adalah kegiatan menyimpan masukan sinyal sensoris, berupa data input pengalaman, pengetahuan, dan ilmu kedalam sensory storage di dalam otak. Berdasarkan kapasitas coded data, dikenal ada ingatan jangka pendek (short-term memory) dan ingatan jangka panjang (long-term memory). Agar data atau informasi dapat lebih lama disimpan, memori jangka pendek bisa dipindahkan ke memory jangka panjang.
c. Output ingatan, adalah proses mengeluarkan kembali data input yang telah diberi kode yang tersimpan didalam struktur memori. Data yang tersimpan di memori dapat dikeluarkan kembali sesuai keperluan. Faktor tiga serangkai: Kondisi fisik, usia, dan lupa, adalah tiga factor yang harus dijaga fungsinya. Karena faktor tersebut mempengaruhi lama tidaknya ingatan seseorang.
5.    KECERDASAN
Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan potensial umum untuk belajar yang bertahan hidup yang dicirikan dengan kemampuan untuk belajar, berfikir abstrak, dan memecahkan masalah.
Tes IQ digunakan untuk mengetahui cerdas tidaknya seorang anak. Cerdas ini terbagi dua, yaitu cerdas umum dan cerdas spesifik. Cerdas bisa dilatarbelakangi oleh perngaruh bawaan dan pengaruh lingkungan.
6.    EMOSI
Emosi tidak lagi dianggap sebagai penghambat dalam kehidupan. Sekarang emodi dianggap sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, menghidupkan perkembangan dan penalaran. Emosi merupakan sarana untuk bertahan hidup (survival) dan pemberi kekuatan hidup (energizer).
Energizer mencakup emosi positif, seperti rasa cinta, dan emosi negative, seperti benci, marah.
7.    MOTIVASI
Motivasi adalah minat, niat, tujuan. To motivate adalah mendorong. Motif adalah hasrat atau keinginan mendorong.
8.    IMPIAN
Impian adalah produk yang di impikan berdasarkan rencana tentang masa depan yang ingin terwujud.
Masa depan adalah hari esok yang tidak pasti karena upaya menempuh masa depan menghadapi 2 macam rintangan, yaitu perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki. Masa depan adalah abstrak, namun perlu diyakini bahwa hal itu akan terjadi.
9.    SUKSES
Pedagang tempo dulu mengartikan bahwa ia dikatakan sukses karena memiliki harta berupa uang yang berlimpah atas jerih payahnya.
Tantangan dan tuntutan
Dalam tata kehidupan bermasyarakat, di dalam menjalani tantangan dan tuntutan hidup ada cobaan, ujian, dan perubahan.
Sukses harus gigih diupayakan dengan berfikir positif, secara sungguh-sungguh, pikiran jernih, dan tindakan yang tepat seperti:
a. Membiasakan berdoa dalam hati untuk kebaikan yang bersangkutan, yaitu setiap kali berjumpa dengan orang lain.
b. Berprasangka baik
c. Bergaul dengan mereka yang berfikir positif
10.    DISIPLIN
Keteraturan
Keteraturan itu ada dan ditemukan dalam ragam tata kehidupan manusia, seperti:
a. Keteraturan makan, kerja, istirahat, tidur bangun.
b. Tata kehidupan manusia, mulai dari pralahir, pascalahir, pascamati.
c. Mengikuti pendidikan teratur. Mulai dari TK hingga PT.
Disiplin
Disiplin adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban.
Displin ada 2 macam, yaitu:
a. Disiplin hidup, adalah perilaku taat, patuh alamiah yang menyatu pada dirinya.
b. Disiplin mati, adalah taat dan patuh pada aturan yang disepakati dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dari ketidakteraturan menuju ketertiban
Saat seseorang dilahirkan belum ada keteraturan, kemudian dalam perjalanan hidupnya, pendidikan yang ia tempuh menuntunnya pada ketertiban. Ketertiban tersebut berkembang menjadi tingkah laku, dan tingkah laku tersebut menjadi kebiasaan yang kemudian menjadi perilaku.
Kehidupan seseorang bukan hanya berbasis pada perilaku, tetapi juga mencakup:
a. Naluri (instinct) yang mampu menangkap isyarat melalui firasat
b. Kecerdasan (intelligence), adalah elemen paling penting bagi manusia untuk memahami fakta dan peristiwa kehidupan.

Aspek  keterampilan  dalam  domain Digital-Age  Literacy  berdasarkan  enGauge 21st Century Skill
Di  abad  21,  kemampuan  literasi  tidak hanya  terbatas  paka  kemampuan  membaca, mendengar,  menulis  dan  berbicara  secara lisan, namun lebih daripada itu, kemampuan literasi ditekankan  pada  kemampuan literasi yang  terkoneksi satu  dengan lainnya  di era digital seperti saat ini.  NCREL & Metiri Group, (2003), dalam enGauge  21st  Century  Skills,  menyatakan bahwa  literasi  di  era  digital  mencakup beberapa komponen, antara lain:
(1). Literasi dasar  –  kemampuan  dalam  berbahasa (khususnya bahasa  inggris) dan kemampuan matematis;
(2)  Literasi sains  – pengetahuan dan  pemahaman  tentang  konsep dan  proses sains;
(3) Literasi  teknologi  –  pengetahuan tentang  apa  itu  teknologi,  bagaimana  cara kerjanya  dan  bagaimana  cara menggunakannya secara  efektif dan efisien;
(4) Literasi  ekonomi  – pengetahuan tentang prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 117  masalah, situasi dan perkembangan ekonomi;
(5) Literasi visual – pengetahuan tentang cara menggunakan,  menginterpretasikan  dan menghasilkan  gambar  dan  video menggunakan  media  konvensional  dan modern;
(6) Literasi informasi – kemampuan untuk  memperoleh,  menggunakan  dan mengevaluasi  informasi  secara  efektif  dan efisien  dari  berbagai  sumber; 
(7)  Literasi multicultural  –  kemampuan  untuk mengapresiasi  perbedaan  nilai,  keyakinan dan  budaya  orang  lain;  dan 
(8)  Kesadaran global  – kemampuan  untuk  memahami  dan permasalahan di tingkat global.
Aspek keterampilan abad 21 pada domain Digital-Age Literacy Skills Aspek
Basic
1. Berbahasa Inggris (membaca, menulis. Mendengarkan, berbicara)
2. Numerik (komputasi aritmatika, penalaran matematis)
Scientific
1. Memiliki pengetahuan dan pemahaman konsep dan proses ilmiah
2. Menganalisis jawaban dari rasa ingin tahu didasarkan atas pengalaman
3. Kemampuan mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi fenomena alam
4. Membaca dan memahami artikel ilmiah
5. Mengidentifikasi isu-isu ilmiah
6. Mengevaluasi kualitas informasi ilmiah
Economic
1. Mengidentifikasi masalah-masalah ekonomi di tingkat lokal
2. Mengidentifikasi masalah-masalah ekonomi di tingkat global
Information
1. Sebelum mengakses informasi (membedakan apa yang ingin diketahui dan dibutuhkan dari sumber berbeda berdasarkan kredibilitas sumber)
2. Ketika mengakses informasi (mengidentifikasi informasi yang relevan)
3. Setelah informasi diperoleh (menggunakan untuk tujuan spesifik menggunakan sejumlah alat dan media)
Technological
1. Menggunakan berbagai macam teknologi untuk meningkatkan produktivitas
2. Menggunakan  berbagai  alat komunikasi  untuk mengkomuikasikan  ide  kepada orang lain
3. Menggunakan teknologi untuk memcahkan masalah
Visual
1. Memahami  elemen  dasar  dari desain visual
2. Mengaplikasikan  pengetahuan yang diperoleh ke dalam media elektronik secara visual 
Multicultural
1. Memahami  dan  mengapresiasi persamaan dan perbedaan nilai, kepercayaan dan budaya
2. Kepekaan  terhadap  informasi yang mengandung SARA
3. Mempelajari budaya lain
Global Awareness
1. Memiliki kesadaran tentang isu-isu global
2. Memiliki  pengetahuan  tentang permasalahan global

3. Menganalisis  cara  pemecahan masalah-masalah global  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar