Kamis, 08 Desember 2016

Progresivisme

Aliran progresivisme lahir di Amerika Serikat sekitar tahun 1870. Para reformis yang menamakan diri kaum progressive menentang sistem pendidikan tradisional yang sangat kaku, menuntut disiplin ketat, dan membuat peserta didik menjadi pasif. 

Gerakan pembaharuan yang sudah ada sejak akhir abad 19 itu mendapatkan angin baru pada abad 20 dengan munculnya aliran filsafat Pragmatisme. John Dewey berusaha menjalin pendidikan progresif dengan filsafat Pragmatisme (Sudarminta, 1994: 44). Selaras dengan pandangan kaum Pragmatis yang menyatakan bahwa realitas itu terus menerus berubah. Pendidikan bagi kaum progressive merupakan proses penggalian pengalaman terus-menerus.
Pendidik haruslah senantiasa siap sedia mengubah metode dan kebijakan perencanaan pembelajaran yang dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan lingkungan. Inti pendidikan tidak terletak dalam usaha penyesuaian dengan masyarakat atau dunia luar sekolah, dan juga tidak terletak dalam usaha untuk menyesuaikan dengan standar kebaikan, kebenaran, dan keindahan yang abadi. Akan tetapi pendidikan merupakan usaha terus menerus merekostruksi (menyusun ulang) pengalaman hidup.

Pendidikan merupakan tafsiran terhadap rangkaian pengalaman sedemikian rupa sehingga seseorang dapat mengertinya dengan lebih jelas dan dalam perspektif yang lebih benar. Bertambahnya pengalaman bermakna tentang masa lalu dan masa sekarang memungkinkan seseorang untuk lebih tepat mengarahkan diri pada jalan menuju pengalaman mendatang, sehingga seseorang tidak hanya mengikuti arus, tetapi dapat menentukan jalannya sejarah (Sudarminta, 1994:50). Pengalaman memiliki makna substansial dalam pengalaman belajar. Pengalaman yang dimaksud tidak sembarang pengalaman, tetapi sebuah pengalaman bermakna yang dialami oleh seseorang.



*****************************************
Sumber:
Rukiyati dan Andriani Purwastuti,  L. 2015. Mengenal Filsafat Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar