Kamis, 08 Desember 2016

Pendidikan Moral

Pendidikan Thomistik, khususnya dalam sekolah katolik klasik, dimaksudkan menjadi pendidik yang berbuat/dikomitkan untuk nilai-nilai supernatural (Ketuhanan). Hal ini dimaksudkan mendidik individu seperti Kristus. 

Teologi dan pendidikan agama adalah bagian pasti dari pendidikan. Pembentukan nilai mengambil tempat tidak hanya pada pendidikan agama pada pengajaran/pengetahaun formal tetapi juga dalam lingkungan sekolah dan aktivitas yang meliputi keterbukaan untuk praktik keagamaan, kebiasaan, dan upacara-upacara.
Aquinas hati-hati menunjukkan, bagaimana pun pengetahuan tidak berperanan penting untuk kebutuhan moralitas. Walaupun seseorang mungkin mengetahui prinsip-prinsip agama dan mungkin dapat mengetahui ibadah keagamaan, pengetahuan tidak dapat disamakan dengan kebaikan. Karena pengetahuan bukan kebaikan, hanya kepandaian manusia dapat membedakan antara kebenaran dan kesalah moral. Sebagai pribadi yang bebas, manusia memiliki banyak pilihan. Melalui kebebasannya berarti bahwa manusia memiliki kemampuan membingkai, menyadari, dan mengevaluasi tindakan yang menjadi pilihannya.
Dalam konteks Thomistik, pendidikan moral adalah proses pembiasaan kepada pembelajar untuk mewujudkan iklim (membuat suasana) kebaikan (kebajikan). Seperti lingkungan yang berisi model nilai kebaikan yang dapat ditiru. Lingkungan pendidikan Katolik harus menyediakan latihan dan kondisi yang kondusif untuk pembentukan watak yang cenderung kepada kebajikan. Pendidikan Thomistic didasarkan pada premis yang ditemukan pada filsafat Aristoteles dan Kitab Suci agama katolik. Berdasar pada anteseden teistiknya, Thomisme menegaskan bahwa pendidikan harus membantu manusia untuk kebaikan kehidupan ketuhanannya.
Thomas Aquinas mengikuti Realisme yang menegaskan bahwa pembedaan karakter manusia adalah penalaran dan bahwa pendidikan harus menyumbang sebuah kehidupan dengan intelektual yang unggul. Pendidikan yang utuh harus juga memfasilitasi setiap partisipasi aktif pada kebudayaan dan sejarah yang dimilikinya.Walau pun merekomendasi pendidikan yang mengutamakan intelektual, Thomisme mengakui bahwa manusia adalah manipulator lingkungan alam dan pencipta kebudayaan. Sebagai seorang pekerja, manusia juga ada secara praktis yang memerlukan beberapa persiapan untuk kehidupan profesional dan pekerjaan. Ilmu filsafat yang tertinggi adalah metafisika. Pengetahuan itu penting karena hasil dari pengolahan akal manusia (Gutek, 1974: 51- 58).

*****************************************
Sumber:
Rukiyati dan Andriani Purwastuti,  L. 2015. Mengenal Filsafat Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar