Kamis, 08 Desember 2016

Landasan Ontologis Esensialisme

Kaum essensialis mengatakan bahwa dunia ini merupakan tatanan yang tiada cela; demikian pula isinya. Sifat, kehendak, dan cita-cita manusia harus disesuaikan dengan tatanan alam semesta. 

Tujuan umum manusia adalah agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Essensialisme didukung dua aliran, yaitu realisme objektif dan idealisme objektif. Realisme objektif berpandangan bahwa alam semesta dan manusia merupakan kenyataan yang dapat dipahami dan teratur sesuai dengan hukum alam. Aliran ini dipengaruhi oleh perkembangan dan hasil dari temuan ilmiah ilmu-ilmu alam terutama fisika.
Idealisme objektif berpandangan tentang alam semesta lebih bersifat menyeluruh meliputi segala sesuatu. Totalitas alam semesta ini pada hakikatnya adalah jiwa atau spirit. Pandangan tentang makro kosmos (alam semesta) dan mikro kosmos (manusia pribadi) menjadi dasar hubungan antara Tuhan dan manusia (Sadulloh, 2007: 15).
 Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh suatu tata yang tidak bercela, sebuah tata yang sempurna. Tata ini mengatur isinya dengan tidak bercela. Hal ini berarti bahwa segala bentuk, sifat, kehendak, dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada. Perpaduan filsafat realisme dan idealisme menjadi landasan ontologis esensialisme. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
1)      Realisme yang mendukung esensialisme yang disebut realisme objektif. Realisme objektif memiliki pandangan yang sistematis mengenai alam dan manusia yang tinggal di dalamnya. Pandangan ini melahirkan ilmu pengetahuan sebagaimana fisika dan ilmu-ilmu lain sejenis. Ilmu-ilmu ini memiliki prinsip bahwa tiap aspek dan alam fisika dapat dipahami berdasarkan adanya tata yang tidak bercela. Dengan demikian berarti suatu kejadian yang paling sederhana pun dapat ditafsirkan menurut hukum alam salah satunya hukum grafitasi. Ilmu-ilmu lain kemudian mengembangkan teori mekanisme. Dunia ada terbangun atas dasar sebab akibat, tarikan dan tekanan mesin yang sangt besar (Jalaludin & Abdullah, 2010: 102).
2)      Idealisme objektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih optimis dibandingkan dengan realisme objektif. Dengan Landasan pikiran bahwa totalitas dalam alam semesta ini pada hakikatnya adalah jiwa atau spirit, idealisme menetapkan suatu pendirian bahwa segala sesuatu yang ada ini adalah nyata (Jalaludin & Abdullah, 2010:102).

Kesimpulan dari penjelaskan di atas adalah dengan memadukan kedua pandangan (realisme dan idealisme) berarti landasan ontologis esensialsime bukan hanya berupa hukum alam yang bersifat material tetapi hukum alam ini keberadaannya bersifat rohani.



*****************************************
Sumber:
Rukiyati dan Andriani Purwastuti,  L. 2015. Mengenal Filsafat Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar