Kamis, 08 Desember 2016

Konsep Pendidikan menurut Perenialisme

Manusia hidup di alam dan lingkungan sosial dan memiliki jasmani. Bahwa pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan manusia menopang jasmani dan eksitensi jiwanya juga termasuk dalam kurikulum. 

Sebagai sebuah produk dari sejarah, manusia menciptakan biografi dirinya. Ketika hidup di masyarakat, manusia membutuhkan etika, sistem hukum, dan sistem politik dan sistem ekonomi yang memberikan keberadaan personal dan sosial yang baik. Oleh karena manusia adalah makhluk sosial dan komunal, bahasa dan keterampilan membaca menjadi penting. Hal itu menyumbang komunikasi dan bentuk komunitas dasar utama pendidikan formal. Keterampilan membaca, berbicara, dan menulis adalah bagian penting pendidikan dasar manusia.
Cunningham, salah seorang tokoh pendidikan perenialis (Gutek, 1974: 59) menegaskan bahwa fungsi sekolah utamanya bukan tempat pemikiran secara ekslusif. Ia menegaskan bahwa fungsi khusus sekolah Katolik adalah pengembangan intelektual siswa. Sebagai agen intelektual, Sekolah katolik adalah sekolah yang paling memperhatikan transmisi dan penggunaan kebebasan seni dan ilmu untuk melatih dan mengolah rasionalitas manusia. Walau pun utamanya diberikan pengembangan intelektual, fisik, sosial, dan tetapi pengembangan agama tidak diabaikan. Oleh karena itu, pada umumnya konsep pendidikan realis, proses sekolah formal ditempatkan pada transmisi disiplin materi pelajaran.
Konsep Thomisme tentang mata pelajaran yaitu bahwa “keilmuan”, ditemukan, diakumulasikan, ditunjukkan dan diorganisir oleh pengetahuan. Disiplin Materi pelajaran, demikian juga menyusun, terdiri dari pengetahuan jasmani yang berisi pertama-tama selain premis yang jelas dengan sendirinya, berbasis pada eksperimental, juga diturunkan dari pengetahuan lebih tinggi. Jasmani yang mengetahui, materi pelajaran ditransmisikan oleh guru yang ahli dalam disiplin keilmuan kepada murid ketika mengajar, yang diharapkan dapat digunakan sebagai kekuatan intelektual mereka dalam memahami, menguasai, dan menerapkan prinsip-prinsip yang ada pada materi pelajaran. Untuk antisipasi, seni dan ilmu akan membantu pembentukan intelektual yang dikomunikasikan mereka.


*****************************************
Sumber:
Rukiyati dan Andriani Purwastuti,  L. 2015. Mengenal Filsafat Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar