Kamis, 08 Desember 2016

Etika

Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan. Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. 

Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang pencipta. Dalam perkembangan sejarah etika, ada 4 teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu hedonisme, eudemonisme, utiliterisme dan pragmatisme. Hedonisme adalah suatu pandangan yang menganggap bahwa sesuatu yang baik jika mengandung kenikmatan bagi manusia. Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan.
Adapun tujuan dari eudemonisme itu sendiri adalah kebahagiaan. Selanjutnya, utilitarisme yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan perintahperintah Ilahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati. Selanjutnya, pragmatisme adalah suatu pemikiran yang menganggap bahwa sesuatu yang baik adalah yang berguna secara praktis dalam kehidupan. Ukuran kebenaran suatu teori adalah kegunaan praktis teori itu, bukan dilihat secara teoretis.
Etika berada dalam setiap faktor kehidupan manusia, meski tidak selalu dinyatakan secara tertulis, dalam berkomunikasi pun ada etikanya. Namun, mengkaji masalah etika komunikasi termasuk kajian yang masih teramat luas. Hal ini disebabkan karena komunikasi terdiri bebagai konteks komunikasi yang menjadi bagiannya, misalnya, komunikasi antar personal, komunikasi antar budaya, periklanan, humas, jurnalistik, pers, dan sebagainya. Masing-masing mempunyai etika masing-masing yang satu dengan lainnya tidak akan sama karena objek kajiannya berbeda.
Andersen sebagaimana dikutip oleh Surajiyo mengatakan bahwa etika adalah sebuah situasi yang mempelajari nilai dan landasan bagi penerapannya. Hal ini pantas atau tidak pantas, baik atau buruk. Sebuah etika tidak akan lagi mempersoalkan kondisi manusia tetapi sudah pada bagaimana seharusnya manusia bertidak namun kemudian kita tidak dapat mengatakan bahwa sebuah etika akan menyelesaikan persoalan praktis. Sebuah etika tidak mengatakan pada seseorang apa yang harus dilakukannya pada situasi tertentu. Teori etika akan membantu menusia untuk memutuskan apa yang harus ia lakukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi praktis etika adalah memberikan pertimbangan dalam perilaku.
Tidak akan dapat dikatakan bahwa etika adalah sesuatu yang benar dan tidak benar, tetapi etika lebih memandang pada pertimbangan yang relevan untuk suatu alasan berkaitan dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. Bukan berarti bila seseorang berperilaku tidak pantas itu adalah salah dan berperilaku pantas itu benar, tetapi sejauh mana alasan dari berperilaku tersebut. Sebagai contoh, dalam ilmu komunikasi, perkataan etis dan tidak etis sering sekali kita jumpai dalam peristiwa sehari-hari. Pengungkapan ini akan sangat dekat dengan makna pantas atau tidak pantas sehingga ukurannya adalah norma.

Namun demikian, suatu etika bersifat relatif atau tidak mutlak, yang berarti bahwa dalam waktu yang berbeda dan tempat yang berbeda untuk satu etika dengan subjek sama, tidak akan mungkin sama persis. Kita contohkan ketika kita melihat budaya kumpul kebo pada budaya barat, dengan budaya timur. Di budaya barat, kumpul kebo dipandang sesuatu yang etis dan wajar-wajar saja, tetapi dalam budaya timur seperti Indonesia, kumpul kebo dianggap sebagai sesuatu yang tidak etis atau belum etis. Demikian juga dengan ungkapan “dancuk” bagi masyarakat Madura adalah suatu ungkapan etis, tetapi bagi masyarakat di luar itu belum tentu etis. 


))))))))))))))))))))))))))))((((((((((((((((((((((((((((
Sumber:
Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: PT Penerbit IPB Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar