Sabtu, 26 November 2016

System thinker

Systems thinker melihat sebuah permasalahan setidaknya dalam tiga tingkatan: kejadian (event), perilaku (system behavior), dan struktur (underlying structure). Semakin ke dalam, analisis semakin susah karena konsep yang digunakan semakin abstrak. Namun biasanya, jika dilakukan dengan baik, solusi yang tersedia akan lebih baik. Tingkatan ini diilustrasikan seperti diagram berbentuk “gunung es” berikut:



1.    Event-pendekatan reaktif (working hard/bekerja menggunakan tenaga)
Tingkatan paling atas adalah jenjang kejadian atau ‘event’. Jenjang inilah yang paling kasat mata, biasanya bisa ditangkap oleh pancaindra.
Contoh:
Tanggal 30 Februari, seorang penumpang KRL jatuh dari atap KRL, seminggu kemudian dua orang lagi jatuh.
Pada gambar diagram gunung es, ‘kejadian’ terletak di atas permukaan laut sehingga semua orang akan bisa melihatnya. Analis yang tidak terlatih, bahkan sebagian manajer cenderung akan bereaksi terhadap kejadian. Jadi, katakuncinya adalah reaktif. Seorang analis dan manajer yang bekerja pada level ini akan bertindak reaktif, seperti pemadam kebakaran. Jika ada kejadian kemudian akan bereaksi. Kejadian demi kejadian akan terlihat seperti kejadian acak tanpa terlihat ada kaitannya (seemingly unrelated random events). Karena kejadian demi kejadian terlihat acak maka mereka akan sangat sibuk ‘memadamkan api yang sedang terjadi’ dari satu kebakaran ke kebakaran lain.
Untuk kasus penumpang jatuh dari KRL, pendekatan reaktif misalnya dengan memperketat keamanan: memasang kawat berduri di atap KRL. Dua/ tiga hari setelah pemasangan mungkin tak ada lagi yang naik ke atap. Namun, tentu kita tahu, penumpang KRL lebih kreatif lagi. Kawat berduri bisa dicabut di hari keempat; petugas sibuk memasang lagi di hari ketujuh dan seterusnya karena pendekatan ini yang paling mudah, analisisnya pun paling kasat mata, banyak sekali pengambil kebijakan (pemerintah, manajer) yang akhirnya terjebak menggunakan pendekatan ini yang kadang berhasil, tetapi seringnya tidak.

2.    Perilaku sistem-pendekatan antisipatif (working smart/bekerja menggunakan pikiran)
Tingkatan yang lebih mendalam yang bisa dilakukan adalah dengan mengamati perilaku sistem. Satu faktor penting yang harus diperhatikan pada level ini adalah waktu. Dengan kata lain, kita akan coba melihat dinamika sistem dari satu waktu ke waktu yg lain. Kumpulan kejadian-kejadian bisa dilihat dalam rentetan waktu sehingga akan terlihat pola-pola tertentu. Pada level analisis ini, kejadian tidak lagi dilihat secara individual sebagai fenomena random– pola/ kecenderungan akan terlihat.
Contoh:
Untuk kasus KRL tadi. Jika kebetulan ada karyawan PERUMKA yang membuat catatan kejadian accident dan incident (near miss) dari waktu ke waktu; mungkin tren atau polanya akan kelihatan. Dari historikal data yang ada, kemudian mungkin bisa dilihat bahwa ternyata pola data jumlah kecelakaan penumpang jatuh terkait dengan hari gajian. Pas hari gajian dan beberapa hari berikutnya, ternyata jumlah kecelakaan menurun. Pas tanggal tua, kecelakaan naik signifikan. Dengan pendekatan kedua (melihat perilaku sistem), akhirnya PERUMKA bisa melakukan perencanaan antisipatif untuk masa mendatang. Misalnya, saat-saat tanggal-tanggal tua keamanan ditingkatkan atau strategi lain yang lebih kreatif dan dikaitkan dengan tanggal tua/muda. Sampai level ini Anda sudah menggunakan pendekatan yang cukup baik (smart), tetapi belum terlalubaik. Kejadian yang terihat berulang tidak akan bisa dihentikan/dicegah dengan pendekatan antisipatif. Kejadian tetap akan berulang, tetapi Anda sudah lebih siap: kapan harus mencurahkan sumber daya (resources) untuk working hard— kapan anda bisa gunakan waktu untuk berpikir.

3.    Struktur sistem-pendekatan generatif
Pendekatan terakhir ini paling susah karena seorang analis dan pengambil kebijakan harus memiliki kemampuan analitis abstrak dan harus memiliki visi. Untuk bisa melakukan analisis tahap ini, seorang analis yang terlatih sekalipun biasanya untuk setiap kasus perlu bantuan sebuah pendekatan antisipatif sebelum kemudian menyelam ke pendekatan generatif.
Pada pendekatan generatif ini, analis perlu mencoba melihat keterkaitan antara satu faktor dan faktor lain. Tak ada faktor yang berdiri sendiri. Faktorfaktor yg saling mengait inilah yang nantinya memunculkan pola/kecenderungan yg biasa ditangkap seorang analis. Systems thinker biasa bekerja pada level yang memerlukan pendekatan generatif.
Melihat struktur sebuah sistem tidaklah mudah. Kadang hubungan antar faktor terpisah oleh lokasi dan waktu. Sistem juga berubah setiap waktu, tidak jelas batasnya. Jika analis bisa menggunakan pendekatan generatif ini ini, diharapkan solusi akan bisa di-generate. Anda tidak lagi hanya reaktif ataupun antisipatif karena Anda bisa men-generate ide untuk mengubah sistem Anda menjadi lebih baik.
Untuk kasus KRL dengan bantuan pendekatan antisipatif, Anda melihat adanya hubungan antara tanggal tua dan tingginya kecelakaan. Anda kemudian mencoba mendalami dengan pendekatan generatif, melihat struktur dari sistem. Ternyata didapatkan bahwa hubungan antara tanggal tua dan kecelakaan adalah hubungan tak langsung. Variabel yg menghubungkan keduanya adalah “uang transpot yang tersisa di kantong”.
Gambar ruwetnya kira-kira seperti di bawah ini. Cara bacanya bisa dilihat seperti berikut ini. Perhatian: analisis ini hanya ilistrasi fiktif, tetapi metode yang sama bisa digunakan untuk menganalisis kasus yang sebenarnya.



Dari contoh analisis tersebut, bisa kita lihat beberapa hal berikut.
a.      Faktor-faktor yang ada ternyata saling terkait, pemecahan masalah di satu tempat mungkin punya akibat negatif pada faktor lain.
b.            Strukur sistem sifatnya sangat abstrak, sulit dideteksi, sulit dimodelkan.
c.       Dengan melihat struktur sistem, kita bisa men-generate beberapa alternatif solusi. Misalnya:
1)      meningkatkan kapasitas KRL sehingga kepadatan KRL bisa diturunkan sehingga menurunkan minat penumpang untuk naik ke atap; dan
2)      menyediakan model transportasi alternatif (misal: monorel) sehingga penumpang bisa dipecah ke berbagai jenis moda.

Intinya adalah dengan menyelami sistem sampai level strukturnya, kita bisa mendapatkan (men-generate) ide-ide solusi yang sifatnya bisa mengubah sistem dan tak mungkin terpikirkan jika kita menggunakan pendekatan reaktif atau antisipatif. Di level ini, Anda bisa katakan bahwa Anda sudah bekerja menggunakan pikiran (working smart).

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Sumber:

Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: PT Penerbit IPB Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar