Sabtu, 26 November 2016

Perbandingan Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Para Filsuf Muslim

Para filsuf itu memiliki persamaan dalam beberapa hal. Dalam hal tujuan pendidikan, mereka menekankan pentingnya kesempurnaan akal dan jiwa manusia. Tujuan pendidikan adalah untuk mempertinggi akal dan mencapai kesemepurnaan jiwa. Tujuan tertinggi adalah kebahagiaan dan memperoleh pengetahuan tentang Tuhan (ma’rifatullah). Mereka membagi ilmu menjadi ilmu agama (naqli) dan rasional (‘aqli).

Mereka menekankan pentingnya kurikulum yang didasarkan pada pembagian ilmu tersebut. Perbedaannya antara lain bahwa Ibnu Sina lebih menekankan pembagian pada ilmu teoretis seperti ilmu metafisika, fisika, logika dan matematika dan ilmu-ilmu praktis yaitu ilmu akhlak (etika), ilmu rumah tangga (tadbir al-manazil) dan ilmu politik (siyasah). Tujuan ilmu teoretis untuk menyempurnakan akal sedangkan ilmu-ilmu praktek untuk menyempurnakan perilaku. Al-Ghazali membatasi ilmu-ilmu yang boleh dipelajari dan yang tidak boleh dipelajari. Semua ilmu agama boleh bahkan wajib dipelajari sedangkan sebagian ilmu filsafat seperti filsafat naturalis kurang baik untuk dipelajari. Adapun filsafat atheis haram dipelajari.
Ahli-ahli filsafat lainnya tidak membatasi ilmu-ilmu tersebut. Ibn Sina dan para filsuf lainnya menggunakan istilah tarbiyah yang mana kandungannya berkaitan dengan pendidikan, sedangkan Naquib al-Attas, lebih setuju menggunakan istilah ta’dib untuk pendidikan. Karena ta’dib lebih menekankan watak atau akhlak mulia, sedangkan istilah tarbiyah telah terkontaminasi oleh perdaban Barat sekular. Pemikiran pendidikan Ibn Sina didominasi oleh mazhab Peripatetik, yakni mazhab filsafat yang didasarkan pada filsafat Yunani khususnya Aristoteles dan Neo-Platonism.

Filsafat pendidikan Suhrawardi termasuk ke dalam mazhab Isyraqi (Mazhab Pencerapan), yakni bahwa Allah menurunkan ilmu sebagai cahaya kepada yang mampu mencapai kesempurnaan jiwanya. Mulla Sadra memelopori mazhab teosofi, yakni menyatukan filsafat, kalam, tasawuf dan syari’at. Ia menekankan kekuatan iman, akal dan jiwa. Sedangkan ikhwan al-Shafa memiliki persamaan dengan Ibn Sina, yakni tujuan pendidikan untuk mencapai kesempurnaan jiwa dalam rangka mencapai kebahagiaan di alam baka.

((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((())))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))
Sumber:

Yoyo Hambali, MA. 2011. Filsafat Pendidikan - Studi Perbandingan antara Filsafat Barat dan Filsafat Islam. BEKASI : UNIVERSITAS ISLAM “45”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar