Sabtu, 26 November 2016

Kerangka Berpikir Ilmiah

1.    Pengantar ilmu pengetahuan 
Materi kerangka berpikir ilmiah atau epistemologi merupakan cabang filsafat ilmu yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Epistemologi membahas secara mendalam proses-proses yang terlihat dalam usaha manusia untuk memperoleh pengetahuan. 

Adanya pola-pola dasar/ desain atau kerangka yang dilakukan oleh aktivitas jiwa dalam menemukan suatu pengetahuan memerlukan suatu objek pengetahuan dan instrumen untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Bertambahnya pengetahuan seiring dengan proses perkembangan pola pikir manusia diawali dengan rasa ingin tahu tentang benda-benda di sekelilingnya, alam sekitar, bulan, bintang, dan matahari yang dipandangnya, bahkan rasa ingin tahu tentang dirinya sendiri. Adanya kemampuan berpikir manusia menyebabkan rasa ingin tahunya selalu berkembang.
Dengan kemampuan berpikir, manusia dapat mendayagunakan pengetahuannya yang terdahulu dan kemudian menggabungkan dengan pengetahuannya yang diperoleh hingga menghasilkan pengetahuan yang baru. Pengetahuan yang ingin dicari atau didapatkan tentunya bersumber pada kebenaran. Tahu yang memuaskan manusia adalah tahu yang benar. Tahu yang tidak benar disebut keliru. Jika suatu pengetahuan yang terdahulu mengalami kekeliruan, sudah pasti terdapat suatu kebenaran sesudahnya. Kekeliruan tentunya akan memberikan dampak yang negatif bagi manusia sehingga mereka meninggalkan suatu kekeliruan.
Asumsi awal manusia mendapatkan pengetahuan secara empirik melalui pengamatan dan pengalaman. Data-data indrawi, benda-benda memori manusia merupakan beberapa instrumen dalam mendapatkan pengetahuan. Di samping itu, perasaan intuitif atau insting juga menambah kepercayaan terhadap penemuan yang didapatkan sehingga kepercayaan terhadap suatu objek pengetahuan menimbulkan keyakinan terhadap ilmu pengetahuan tertentu. Ilmu pengetahuan itu dapat ditinjau kembali kebenarannya. Jika terdapat kekeliruan, akan timbul ketidakpuasan sebagai akibat keterbatasan manusia khususnya dalam penggunaan instrumen atau pengolahan data-data indrawi dalam menerima pengetahuan tanpa dia ketahui kemudian melahirkan mitos. Hal tersebut terjadi sebagai akibat dari rasa ingin tahu terhadap suatu realitas yang kurang terpuaskan, terutama mengenai hal-hal gaib. Namun, seiring dengan perkembangan pola pikir manusia yang haus akan rasa ingin tahu melalui kajian-kajian ilmu pengetahuan maka pada akhirnya melahirkan pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan ilmiah memerlukan alasan dan/atau penjelasan secara sistematis yang dibuat untuk memberikan keyakinan.
“Ilmu adalah pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu”.
Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab-akibat) yang hakiki dan universal. Sementara ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjalankan kausalitas (hubungan sebabakibat) dari suatu objek menurut metode-metode tertentu yang merupakan satu kesatuan sistematis. Pengertian tersebut menjelasakan bahwa pengetahuan bukan hanya ilmu, tetapi pengetahuan merupakan bahan utama bagi ilmu. Selain itu, pengetahuan tidak menjawab pertanyaan dari adanya kenyataan itu sebagaimana dapat dijawab oleh ilmu. Dengan kata lain, pengetahuan baru menjawab apa, sedangkan ilmu dapat menjawab pertanyaan tentang mengapa dari kenyataan kejadian
Russel membuat kategori sumber pengetahuan berikut.
a.      Pengetahuan melalui pengalaman yang didapatkan dari: 1) data-data indrawi, 2) benda-benda memori, 3) keadaan internal, dan 4) diri sendiri.
b.      Pengetahuan melalui deskripsi yaitu pengetahuan yang didapatkan melalui: 1) orang lain, dan 2) benda-benda fisik (merupakan suatu konstruksi, bukan data indrawi).
Bentuk pengetahuan menurut Russel adalah:
a.      Pengetahuan langsung, yang diperoleh dari pengamatan ekstern dan intern. Pengamatan ekstern secara langsung kita dapat mengetahui adanya sesuatu benda dalam dunia luar melalui alat indra. Pengamatan ekstern merupakan sumber pengetahuan secara langsung berupa alat untuk menangkap objek di luar manusia melalui kekuatan indra, sedangkan pengamatan intern atau intuisi adalah proses kejiwaan tanpa suatu rangsang untuk mampu membuat pernyataan berupa pengetahuan.

b.      Pengetahuan tak langsung, yang dapat diperoleh dengan beberapa cara yakni dengan penarikan konklusi/penalaran, kesaksian. Kongklusi penalaran adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan pengertian atau lebih dengan maksud memperoleh pengetahuan baru.

3333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333
Sumber:

Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: PT Penerbit IPB Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar