Jumat, 25 November 2016

Filsafat Pendidikan Ibnu Sina - Kecerdasan Spiritual


Sebelum menjelaskan pemikiran sufistik Ibnu Sina tentang teori ‘Irfan, penulis ingin menjelaskan tentang Spiritual Intellegence (SQ, kecerdasan spiritual) yang menurut hemat penulis sangat sesuai dengan teori Ibnu Sina.

Menurut Zohar dan Marshall, dalam bukunya SQ; Spiritual Intellegence—The Ultimate Intellegence mengatakan bahwa SQ merupakan kecerdasan tertinggi yang memiliki daya ubah yang amat tinggi sehingga dapat mengeluarkan manusia dari situasi keterkungkungannya. SQ memungkinkan manusia menjadi kreatif mengubah aturan dan situasi daalm suatu medan yang tak terbatas.
Ada beberapa bukti ilmiah keberadaan SQ yang dikemukkan Zohar dan Marshall yang relevan dengan teori ‘Irfan dari Ibnu Sina seperti yang akan dikemukakan nanti. Diantaranya adalah penelitian neoropsikolog Michael Persinger di awal tahun 1990-an dan lebih mutakhir lagi tahun 1997 oleh ahli saraf V.S. Ramachandra bersama timnya dari Universitas California, yang menemukan adanya God Spot (Titik Tuhan) dalam otak manusia.
“Titik Tuhan” ini memang tidak membuktikan keberadaan Tuhan, tetapi menunjukan kecendrungan otak manusia yang berkembang ke arah pencarian agenda-agenda fundamentaln dalam hidup, seperti merasa memiliki, masalah makna dari nilai kehidupan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Journal of Traspersonal Psycology melakukan penelitian untuk memahami gejala-gejala rohaniah, seperti peak experience, pengalaman mistik (sufistik), ektasi, kesadaran rohaniah, kesadaran kosmis, aktualisasi transpersonal, pengalaman spiritual dan akhinya kecerdasan spiritual.
Zohar dan Marshall mengatakan bahwa kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri (Innerself) kita yang berhubungan dengan kearifan diluar ego, atau jiwa sadar. Marshall Sineter dan Khalil Khavari menyampaikan definisa yang sesuai dengan perkembangan psikologi mutakhir. Menurut Sineter kecerdasan spiritual adalah pikiran yang mendapat inpirasi, dorongan, dan efektivitas yang berinspirasi, the is-ness atau penghayatan ketuhanan yang di dalamnya kita semua menjadi bagian. Menurut Khalil Khavari kecerdasan spiritual adalah fakultas dari dimensi non-material (roh). Seperti dua kecerdasan lainnya, kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan dan dapat diturunkan. Akan tetapi, kemampuannya untuk ditingkatkan tampaknya tidak terbatas.
Untuk mencapai kecerdasan spiritual maka sarana Agama sangat relevan sekali. Agama terutama tasawuf mengajarkan agar manusia meningkatkan potensi SQ dari pusatnya yang paling dalam yaitu hati dan roh, sehingga bagian ini akan memancar menimbulkan pancaran yang tidak terbatas.
Kajian yang relevan dalam konteks ini di berikan oleh Ibnu Sina dalam pemikiran sufistiknya tentang ‘irfan (mystical knowledge). Term ‘irfan atau ma’rifah ini erat kaitannya dengan term ‘abid dan zahid. Kesadaran keagamaan yang tinggi dengan melakukan berbagai amalan keagamaan disertai sikap asketis merupakan sarana untuk mencapai kearifan. Orang yang mencapai derajat ‘arif adalah orang yang mendapatkan penerapan intelek aktif (al-aql al-fa’al), menurut Ibnu Sina, menjadi syarat pencarian kebenaran. Pengetahuan yang di capai oleh orang ‘arif adalah pengetahuan yang hadir (ma’rifah hudhuriyyah). Menurut Taqi Misbah Yazdi ma’rifah hudhuriyyah ini tidak bisa diajarkan dan di pelajari, karena pengajaran (ta’lim) dan belajar (ta’alum) menjadi lafallafal dan konsepsi-konsepsi.
Ibnu Sina mengatakan bahwa “orang ‘arif” (gnosis) yakni yang mendapatkan pengetahuan tentang Tuhan adalah orang yang mendapat limpahan (emanasi) dan pancaran (iluminasi) cahaya dari Tuhan karena kedekatannya terhadap Allah SWT sebagai Wajib al-Wujud (Necessary being). Semakin dekat hamba dengan Allah maka makin tinggi kemungkinan mendapatkan emanasi (pancaran) cahaya dari Allah SWT, dan makin rendah kedekatannya dengan Allah maka makin kecil kemungkinan mendapat cahaya Allah.

Inilah relevansi pemikiran Ibnu Sina dengan penemuan konpemporer saat ini tentang kecerdasan spiritual (SQ). Apabila kita hubungkan antara SQ dengan pemikiran Ibnu Sina tentang ‘irfan atau orang ‘arif (ma’rifah), maka orang ‘arif lah yang memiliki kecerdasan spiritual paling tinggi. Karena ia menrima limpahan (illumination) cahaya pengetahuan dari Tuhannya. Orang ‘arif (gnosis) adalah orang yang memiliki kekuatan untuk melakukan hubungan dengan Akal Fa’al ia memiliki tingkat akal potensial, jiwa berfikir (al-nafs al-nathiqah) yang luar biasa, di samping memiliki kemurnian serta kesucian hati (al-qalb).

<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<
Sumber:

Yoyo Hambali, MA. 2011. Filsafat Pendidikan - Studi Perbandingan antara Filsafat Barat dan Filsafat Islam. BEKASI : UNIVERSITAS ISLAM “45”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar