Jumat, 25 November 2016

Filsafat Pendidikan Ibnu Sina - Tujuan Pendidikan



Ketika berbicara tujuan pendidikan secara umum, Ibnu  Sina mengatakan bahwa tujuan pendidikan harus meliputi pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna, baik itu aspek rohani, jiwa, fisik, intelektual dan budi pekerti.

Ibnu  Sina memiliki pandangan tentang tujuan pendidikan yang bersifat hierarkis struktural. Yaitu bahwa ia di samping memiliki pendapat tentang tujuan pendidikan yang universal, sebagaimana dikemukakan di atas, juga memiliki pendapat tentang tujuan pendidikan yang bersifat kurikuler atau perbidang studi dan tujuan yang bersifat operasional. Hal ini bisa dilihat, misalnya, Ibnu  Sina mengatakan bahwa, seorang anak harus diajari pendidikan jasmani atau olah raga, budi pekerti, kesenian dan juga keterampilan.
Namun hal yang krusial, adalah tujuan pendidikan yang dikemukakan Ibnu  Sina yang lebih berdimensi sufistik, yaitu pandangannya bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk insan kamil (manusia sempurna), yaitu manusia yang memiliki keseimbangan dalam semua potensinya baik itu potensi lahiriah maupun batiniah. Pendidikan mempersiapkan manusia untuk kebahagiaan dalam hidup ini, tujuan ultimat-nya adalah tempat tinggal permanen yang baka (akhirat). Tampaknya tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Ibnu  Sina berpijak pada kenyataan dan pengalamannya sendiri bukan semata-mata teori yang bersifat khayalan. Tujuan pendidikan ini mencerminkan sikapnya yang selain sebagai seorang pemikir juga beliau sebagai orang yang menempuh perjalanan rohani dalam hidupnya.
Tujuan pendidikan harus diarahkan untuk mencapai kesempurnaan hati dan kemurnian ruh agar manusia dapat mengenal dirinya dan mengenal akan Tuhannya. Pendidikan rohani hendaknya diarahkan agar terbentuk akidah yang benar, menemukan esensi tauhid, dan tersingkapnya alam syahadah. Pendidikan rohani juga hendaknya diarahkan agar setiap anak didik dapat mengamalkan ritual-ritual keagamaan secara baik sehingga mereka dapat mengalami pengalaman rohani dan tercapainya predikat manusia Ihsan, yakni yang menyadari esendi dirinya yang fana, dan senantiasa merasa muraqabah dengan Tuhannya. Tujuan yang lebih penting dari itu adalah terbentuknya pribadi-pribadi yang berakhlak mulia (akhlaklul karimah), bersih jiwanya dan ruhnya dari berbagai penyakit ruhani seraya mengisinya dengan akhlak-akhlak yang mulia.

 ??????????????????????????????????????????????????????????????????????????'
Sumber:
Yoyo Hambali, MA. 2011. Filsafat Pendidikan - Studi Perbandingan antara Filsafat Barat dan Filsafat Islam. BEKASI : UNIVERSITAS ISLAM “45”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar