Jumat, 25 November 2016

Filsafat Pendidikan Ibnu Sina - Aspek Emosi


Ibnu Sina mengatakan bahwa emosi dan kemauan berpengaruh terhadap tubuh berdasarkan medisnya, bahwa sebenarnya secara fisik orang-orang yang sakit, hanya dengan kekuatan kemauannya-lah, dapat menjadi sembuh dan begitu pula sebaliknya. Orang-orang yang sehat dapat menjadi benar-benar sakit bila terpengaruh oleh pikirannya bahwa ia sakit.


Demikian pula katanya, jika sepotong kayu diletakan melintang di atas jalan setapak, orang dapat berjalan di atasnya dengan baik, tetapi jika kayu tersebut di letakan sebagai jembatan dan di bawahnya adalah jurang yang dalam, orang hampir tak dapat melintas tanpa benar-benar jatuh.
Ini karena ia menggambarkan kepada dirinya tentang kemungkinan jatuh sedemikian rupa sehinga kekuatan alamiah tubuhnya seperti di gambarkannya itu. Sungguh emosi yang kuat, seperti rasa takut dapat benar-benar merusak temperamen organisme dan menyebabkan kematian, dengan mempengaruhi fungsi-fungsi vegetatif: ini terjadi apabila suatu penilaian bersemayam di dalam jiwa, penilaian suatu sebagai suatu kepercayaan murni, tidak mempengaruhi tubuh, tetapi berpengaruh apabila kepercayaan ini diikuti rasa emosi dan kemauan berpengaruh terhadap tubuh. Ia tidak menganggapnya sebagai mustahil bahwa sesuatu terjadi pada jiwa (emosi), sepanjang sesuatu itu terjelma, dan kemudian diikuti oleh keadaan-keadaan tertentu pada tubuh itu sendri. Imajinasi, selama di ketahui, bukanlah bukan merupakan pengaruh fisik, tetapi bisa terjadi, sebagai akibat, organ-organ tubuh tertentu, organ seksual, misalnya, mengembang.
Sungguh, bila suatu gagasan tertanam kuat dalam imajinasi, maka gagasan tersebut mengharuskan adanya perubahan temperamen. PĂ©rsis sebagaimana gagasan kesehatan yang ada pada benak dokter menghasilkan penyembuhan melalui sarana, tetapi jiwa melakukan itu tanpa sarana apapun. Filsafat Ibnu Sina bertentangan dengan pendapat umum yang mengatakan bahwa tubuh manusialah yang berhajat kepada jiwa. Menurut Ibnu Sina bahwa bukanlah tubuh yang berhajat pada jiwa, tetapi sebaliknya jiwalah yang berhajat kepada tubuh. Dengan bantuan panca indra luar dan panca indera dalamlah jiwa, tegasnya akal manusia, meningkat dari potensial menjadi bakat, aktual, dan selanjutnya menjadi perolehan.
Teori Ibnu Sina itu sesuai dengan pendapat psikologi modern. Menurut psikologi modern, emosi berperan penting dalam kehidupan. Menurut banyak bukti, emosi adalah sumber daya terampuh yang kita miliki. Emosi adalah penyambung hidup bagi kesadaran diri dan kelangsungan diri yang secara mendalam menghubungkan kita dengan diri kita sendiri dan dengan orang lain, serta dengan alam kosmos. Emosi memberi tahu kita tentang hal-hal yang paling utama bagi kita masyrakat, nilai-nilai, kegiatan, dan kebutuhan yang memberi kita motivasi, semangat, kendati diri (selfcontrol), dan kegigihan. Kesadaran dan pengetahuan tentang emosi memungkinkan kita memulihkan kehidupan dan kesehatan kita, melindungi keluarga kita, membangun kasih yang langgeng, dan meraih keberhasilan dalam belajar dan bekerja.
Emosi memiliki kekuatan luar biasa atas seluruh fungsi otak. Emosi diciptakan agar memiliki kendali lebih besar terhadap akal. Ini berarti kecerdasan emosional sesungguhnya membantu pikiran rasional (akal). Karena itu, secara psikologis, ketika pusat-pusat emosional otak kita terluka, kecerdasan keseluruhan kita mengqalami konsleting. Bagaimana, kita tidak harus mengalami kerusakan otak agar akal kita tidak kehilangan mitra emosionalnya yang penting. Sekarang sangat kecil perhatian kita terhadap berbagai perasaan kita sehingga sumber-sumber emosional kita menyusut, seperti otot yang tidak digunakan. Teori Emotional Intelligence ini sekarang dikembangkan di antaranya oleh Daniel Goleman sejak tahun 1990-an. Bila seorang yang sakit memiliki keinginan jiwa untuk sembuh maka ia akan sembuh demikian pula sebaliknya.

Dalam konteks pendidikan dikatakan bahwa seseorang yang motivasi belajarnya tinggi, ia akan sukses dalam belajar bahkan dalam hidupnya. Dalam ilmu psikologi pendidikan, motivasi memegang peranan yang sangat penting untuk menimbulkan gairah belajar pada seseorang. Gairah belajar ini akan timbul bila orang memiliki emosi yang positif. Orang yang memiliki EQ (emotional quotient) yang tinggi akan dapat mengarahkan emosinya kepada hal-hal yang positif sehinggga menjadi daya dorong dalam hidup. Karya Daniel Goleman merupakan karya yang cukup menarik dalam mengkaji persoalan EQ ini. Nampaknya teori Ibn Sina tentang emosi relevam dalam konteks perkembangan psikologi modern ini.

""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
Sumber:
Yoyo Hambali, MA. 2011. Filsafat Pendidikan - Studi Perbandingan antara Filsafat Barat dan Filsafat Islam. BEKASI : UNIVERSITAS ISLAM “45”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar