Sabtu, 26 November 2016

Berpikir sistemik (systemic thinking)

Berpikir sistemik adalah sebuah cara untuk memahami sistem yang kompleks dengan menganalisis bagian-bagian sistem tersebut untuk mengetahui pola hubungan yang terdapat di dalam setiap unsur atau elemen penyusun sistem. Pada prinsipnya, berpikir sistemik mengombinasikan dua kemampuan berpikir, yaitu kemampuan berpikir analis dan berpikir sintesis.

Ada beberapa istilah yang sering kita jumpai yang memiliki kemiripan dengan berpikir sistemik (systemic thinking), yaitu systematic thinking(berpikir sistematik), systemic thinking (berpikir sistemik), dan systems thinking (berpikir serba-sistem). Jika dikaji, semua istilah itu berakar dari kata yang sama yaitu “sistem” dan “berpikir”, tetapi menunjukkan konotasi yang berbeda karena memiliki tujuan yang berbeda pula.
Konsep sistem setidaknya menyangkut pengertian adanya elemen atau unsur yang membentuk kesatuan, lalu ada atribut yang mengikat mereka, yaitu tujuan bersama. Oleh karena itu, setiap elemen berhubungan satu sama lain (relasi) berdasarkan suatu aturan main yang disepakati bersama. Kesatuan antar elemen (sistem) itu memiliki batas (boundary) yang memisahkan dan membedakan dari sistem lain di sekitarnya.
Berpikir sistematik (sistematic thinking) artinya memikirkan segala sesuatu berdasarkan kerangka metode tertentu, ada urutan dan proses pengambilan keputusan. Di sini diperlukan ketaatan dan kedisiplinan terhadap proses dan metode yang hendak dipakai. Metode berpikir yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda, tetapi semuanya dapat dipertanggungjawabkan karena sesuai dengan proses yang diakui luas. Berpikir sistemik (systemic thinking) maknanya mencari dan melihat segala sesuatu memiliki pola keteraturan dan bekerja sebagai sebuah sistem. Misalnya, bila kita melihat otak, akan terbayangkan sistem saraf dalam tubuh manusia atau hewan. Bila kita melihat jantung, akan terbayangkan sistem peredaran darah di seluruh tubuh. Sementara itu, berpikir sistemik (systemic thinking) adalah menyadari bahwa segala sesuatu berinteraksi dengan perkara lain di sekelilingnya, meskipun secara formal-prosedural mungkin tidak terkait langsung atau secara spasial berada di luar lingkungan tertentu. Systemic thinkinglebih menekankan pada kesadaran bahwa segala sesuatu berhubungan dalam satu rangkaian sistem. Cara berpikir seperti berseberangan dengan berpikir fragmented-linear-cartesian.
Berpikir sistemik (systemic thinking) mengombinasikan antara:
a.      analytical thinking (kemampuan mengurai elemen-elemen suatu masalah); dan
b.      synthetical thinking (memadukan elemen-elemen tersebut menjadi kesatuan).

Sistems thinking sedikit berbeda systemic thinking. Berpikir sistemik lebih menekankan pada pencarian pola-hubungan (Pattern) maka berpikir serbasistem lebih menekankan pada pemahaman bagaimana (How) elemen-elemen itu berhubungan. Dengan pemahaman How tersebut maka kita dapat menemukan elemen mana yang memiliki pengaruh vital dan solusi yang komprehensif sehingga tidak menimbulkan masalah baru.
Cara berpikir serba-sistem juga akan membentuk sikap yang sistemik dalam merespons permasalahan (systemic attitude), yakni suatu pola perilaku yang tidak menabrak aturan main (rule of game) yang sudah disepakati dalam satu sistem tertentu. Sebuah aturan yang ditetapkan dalam sistem memang bersifat membatasi ruang gerak (self constraining), tetapi pada saat yang sama memampukan (self enabling) setiap elemen untuk bekerja sesuai fungsinya dan berinteraksi dengan elemen lain. Jika tak ada batasan fungsi yang jelas, setiap elemen itu akan saling bertabrakan dan malah berpotensi menghancurkan sistem secara keseluruhan. Di sinilah pentingnya, berpikir dan bertindak serba-sistem demi menjaga kesinambungan sistem sendiri. Pengubahan aturan main dimungkinkan dan dapat diperjuangkan melalui cara-cara legal-rasional sehingga sistem itu tumbuh semakin sehat dan matang.

Mengapa perlu belajar berpikir system?

Perlu belajar dan menguasai ilmu berpikir sistem agar dapat menganalisis setiap masalah dalam penugasan secara ilmiah, tepat guna, dan berhasil guna (efektif dan efisien). Dengan berpikir sistem, kita selalu mampu melihat setiap masalah secara struktural, mampu melihat dan menemukan akar masalah secara objektif dan akurat. Setiap permasalahan harus kita uraikan dalam beberapa katagori/golongan yang disebut sub sistem, kemudian sub sistem kita uraikan lagi menjadi sub-sub sistem. Demikian seterusnya sampai kita temukan akar masalahnya.

99999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999
Sumber:

Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: PT Penerbit IPB Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar