Sabtu, 19 November 2016

Naskah drama - Kami Berbeda, Kami Mengakui

Suatu hari..
Saat pertama kali kuliah di PGSD. Aku mengikuti kegiatan pengenalan jurursan. Nah di PGSD namanya POWER.
Di acara POWER itu kita disuruh untuk membuat drama kecil-kecilan. Nah inilah naskah dramanya.

“KAMI BERBEDA, KAMI MENGAKUI”

Tema   : Perbedaan bahasa daerah


            Hari senin saat berlangsungnya acara kegiatan MOMB, dipagi hari dengan suasana tenang, aman dan tentram. Para mahasiswa baru mulai berdatangan ke kampus UNTIRCOY dengan berbagai daerah dari ujung Sabang sampai Merauke. “WAAAHH…” adalah kata-kata yang hampir ada disetiap benak hati masing-masing mahasiswa baru saat melihat kemegahan kampus UNTIRCOY.

            Dua orang mahasiswi baru dengan wajah sumringah mulai memasuki gerbang kampus UNTIRCOY, tapi sebelum mereka masuk ada beberapa orang yang menjegal mereka.
Raffa   : (tersenyum ramah) “Selamat datang adik-adikku. Selamat datang di kampus UNTIRCOY, kampus terbaik di INDONESIA.”
Dede dan Laili: (Kaget, tiba-tiba mendapat sambutan)
Naila    : “Iya adik-adikku. Selamat datang dan selamat berjuang di kampus UNTIRCOY. Kalian pasti bangga bersekolah disini.”
Dede    : (tersenyum menyambut kehangatan panitia) “Hatur muhun teh. Saya bakalan senang disini.”
Laili     : “iya teh, saya juga bakalan nikmatin belajar di kampus ini.”
Raffa   : (mengancungkan ibu jari) “Terbaiklah buat kalian.”
Tidak lama saat panitia mengajak ngobrol dengan mahasiswa baru, datanglah seksi acara ke dalam kerumunan mereka.
Diana   : (nafas ter-enggah-enggah) “Oiii, kalian berdua panitia ‘kan?” (menunjuk ke kedua panitia)
Naila    : “iya, ada apa gitu?”
Diana   : “Ada pengumuman dari Ketua pelaksana, semua panitia harus berkumpul di Aula. Ada berita tambahan tentang acara.”
Raffa   : “Oh, yaudah kalo gitu.” (menolehkan kepala kearah dede dan laili) “Kita tinggal dulu ya. Dadah..”
Naila    : “Selamat bersenang-sengang. Sukses ya. Dadah..”
Dede dan Laili : “Iya teh.”

(Diana, Naila dan Raffa meninggalkan panggung)
            Tak kenal maka tak sayang, setelelah bertemu dengan panitia, semua mahasiswa baru mulai berkenalan dengan mahasiswa baru lainnya. Di suatu tempat yang masih di dalam lingkungan kampus UNTIRCOY. Dua mahasiswi baru tadi melanjutkan penjelajahannya, sebelumnya ada sesuatu yang mengganggu perjalanan mereka.
Ratu     : (wajah ceria, dan sok asik sambil membawa kertas nama ANGEL) “Hai, guys. Nih liat name tag gue, nama gue ANGEL.” (di kertas tertulis ANGEL)
Dede    : (wajah bingung) “Ih eta mah Angel, paranti bobo.”
Laili     : “Enya muhun eta mah paranti bobo.”
Ifat       : “Ih, loe ngomong apa sih. Gak ngerti gue.”
Tiba-tiba datanglah mahasiswa baru lainnya dengan tergesa-gesa melewati kerumunan tersebut.
Dwi N  : “Awas jing, aing dek lewat.”
Ratu     : “Jing? Loe manggil gue anjing?”
Laili     : “Eh sanes kitu, pamali.”
Dede    : “Atuh mending guk guk wae.”
Dwi N  : “Biasa aja kali, siapa juga yang ngatain kamu.”
(mulai terjadi keributan kecil)
Tanpa disadari mereka, tiga mahasiswa baru lainnya telah bergabung di dalam kerumunan tersebut.
Dwi M : “Ono opo iki?”
(hening beberapa detik)

Ifat       : “Krik krik.”
Nova    : (bertanya ke Dwi M) “Kamu ngomong apa?”
Dwi M : “Aku ngomong  iku ‘Ono opo iki?’. Sampeyan gak denger yo?”
Ifat       : “Bukan gak denger, tapi gak ngerti. Haha..”
Ratu     : “Aneh, disini mah banyak manusia berbahasa aneh. Kita yang orang kota gak cocok buat disini.”
Rubi     : “Jangan begitu. Disini kita semua tidak berbicara dengan bahasa aneh kog. Kita disini cuma menggunakan bahasa masing-masing daerah asal kita aja.” (Sok bijak)
Dwi N  : “Henteu lah, maraneh tah nu ngalunjak ka aing. Aing teu salah nanaon kalahkah di carekanan.”
Dwi M : “Opo meneh aku, koyo ra dianggep.”
Nova    : (menenangkan Dwi M) “Kamu bukannya gak dianggap, cuma gak ada yang ngerti sama bahasa kamu.”
Dede    : “Anjeun ngartos anu dicarioskeun bieu?” (nanya ke nova)
Nova    : “Eh, kamu ngomong apa?” (nanya ke Dede)
Laili     : (bisik-bisik ke Dede) “Cek abdi mah anjeun na teh api api ngartos kitu.”
Dede    : (Angguk-angguk kepala)
Rubi     : “Udah-udah. Gak penting kita berbahasa apa, gak penting kita memiliki budaya apa. Tapi sebenarnya kita adalah satu. Satu bahasa INDONESIA.”

Ifat       : “Dengerin tuh, Angel. Kita itu satu.”
Ratu     : (cemberut, nada kesal) “Ih, loe kan temen gue, bukan nya belaiin gue.”
Ifat       : (senyum-senyum aja)
Dede    : “Ah, bener juga dia. Kita itu satu.”
Laili     : “Iya, bersatu dalam segala perbedaan.”
Dwi N  : “Perbedaan yang saling mengisi satu sama lain.”
Dwi M : “Dan membentuk suatu kesempurnaan. Melahirkan keluarga besar yang bernama INDONESIA.”
Nova    : “Kita juga terus berusaha memperbaiki diri menuju lebih baik.”
Semuanya       : “MENUJU INDONESIA MERDEKA.” (Teriakan bangga)
(semua sahabat 3 berbaris membentuk 2 shaf, menyampaikan SUMPAH MAHASISWA INDONESIA DENGAN LUGAS dan music backsound yang mendukung) *kalo waktunya kurang baca SUMPAH SOLIDARITAS.

SUMPAH MAHASISWA INDONESIA
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan.
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan.
Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, berbahasa satu, bahasa kebenaran bahasa tanpa kemunafikan.

SUMPAH SOLIDARITAS

Kami adalah satu, tidak ada perbedaan diantara kami. Kami tidak pernah mengenal kata lelah. Tunduk tertindas atau bangkit melawan. Karena mudur adalah sebuah penghianantan.

hehe.. namanya juga maba, masih polos polos gitu. walaupun sekarang juga masih polos :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar